Thursday, May 19, 2011

Oleh : L.A van Mhanoorunk

A.  FAKTOR-FAKTOR PENDORONG MUNCULNYA PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
1.   Faktor Intern (dari dalam)
      a.   Penderitaan rakyat selama penjajahan Belanda
      b.   Adanya deskriminasi rasial
      c.   Adanya Politik Etis
2.   Faktor Extern (dari luar)
      a.   Pengaruh faham-faham baru dari Eropa, seperti : Liberalisme, Demokrasi dan Nasionalisme
      b.   Kemenangan Jepang terhadap Rusia (1904 – 1905), mengangkat harkat dan martabat bangsa-bangsa Asia.
      c.   Pengaruh pergerakan nasional negara-negara Asia-Afrika lainnya, seperti : Turki, Mesir, India, Cina dan Filipina.


B.  PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN IDIOLOGI DAN ORGANISASI PERGERAKAN    NASIONAL INDONESIA
Budi Utomo
Berdirinya Budi Utomo diawali dari upaya dr. Wahidin Sudirohusodo berkeliling Jawa untuk membentuk Studie Fonds (Dana Belajar) untuk memberikan beasiswa bagi siswa yang tidak mampu, namun berpotensi. Pada kahir 1907, dr. Wahidin bertemu pemuda Sutomo, pelajar STOVIA di Jakarta. Karena adanya kesamaan pemikiran antara kedua tokoh tersebut, maka pada hari Rabu, 20 Mei 1908, di Gedung STOVIA (Gedung Kebangkitan Nasional sekarang) dibentuklah organisasi modern pertama yang diberi nama Budi Utomo. Sebagai ketua pertamanya terpilih dr. Soetomo.
Pada mulanya tujuan Budi Utomo tertulis secara samar-samar yaitu “Kemajuan bagi Hindia”. Sedangkan jangkauan geraknya hanya terbatas pada Jawa dan Madura. Dalam waktu 6 bulan, Mei sampai dengan Oktober 1908, cabang Budi Utomo sudah berdiri di Jakarta, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Probolinggo.
Pada bulan Oktober 1908, diadakan kongres Budi Utomo yang pertama di Yogyakarta, yang menghasilkan kepustusan-keputusan sebagai berikut :
a.       Budi Utomo tidak ikut mengadakan kegiatan politik
b.      Kegiatan Budi Utomo ditujukan kepada bidang pendidikan dan kebudayaan
c.       Ruang gerak terbatas pada daerah Jawa dan Madura.
Kongres tersebut juga memutsukan susunan pengurus besar Budi Utomo. Bu[ati Karanga Anyar, R.T. Tirtokusumo, dipilih sebagai ketuanya. Pusat organisasi ditetapkan di Yogyakarta. Dalam perkembangannya, Budi Utomo kurang diminati oleh golongan muda. Hal ini disebabkan :
a.       Budi Utomo lebih memetingkan golongan priyayi.
b.      Budi Utomo lebih memperhatikan reaksi pemerintah kolonial daripada reaksi rakyat pribumi.
c.       Budi Utomo lebih mengutamakan pemakaian Bahasa Belanda daripada Bahasa Indonesia
d.      Budi Utomo tidak berpolitik
Walaupun  demikian, sampai akhir tahun 1909, Budi Utomo telah mempunyai 40 cabang dengan jumlah anggota kurang lebih 10.000 orang. Pada tahun 1914, saat Perang Dunia I meletus, Budi Utomo yang pamornya sudah menurun, mengusulkan perlunya wajib militer bagi penduduk bumi putera (Indie Weerbaar). Gagasan ini ditolak Belanda, sebagai gantinya parlemen Belanda membentuk Volksraad (Dewan Rakyat), Desember 1916.


Serikat Islam
Pada mulanya, pada tahun 1911, Haji Samanhudi mendirikan Serikat Dagang Islam (SDI) di Solo, dengan tujuan untuk membela kepentingan pedagang-pedagang Indonesia dari ancaman pedagang Cina. Dengan masuknya Umar said Cokroaminoto, SDI diubah namanya menjadi Serikat Islam (SI), agar anggotanya tidak terbatas pada golongan pedagang saja. Adapun tujuan dari Serikat Islam adalah sebagai berikut :
a.       mengembangkan jiwa dagang
b.      membantu para anggotanya yang mempunyai kesulitan dalam usahanya
c.       memajukan pengajaran
d.      memprbaiki pendapat-pendapat yang keliru tentang Islam.
Dalam waktu yang relatif singkat Serikat Islam mendapatkan simpati dan jumlah anggota yang sangat besar. Hal ini disebabkan oleh :
a.       Serikat Islam terbuka bagi semua golongan
b.      Serikat Islam berpolitik untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan
c.       Serikat Islam membela kepentingan rakyat pribumi yang menderita karena penjajahan
d.      Serikat Islam dipimpin oleh tokoh-tokoh yang dihormati, seperti alim ulama dan kiai-kiai
e.       Agama Islam dianut oleh mayoritas bangsa Indonesia.
Melihat adanya tanda-tanda semangat revolusioner dalam tubuh Serikat Islam, Gubernur Jendral Idenberg menaruh sikap waspada. Pada bulan Agustus 1912, untuk sementara waktu kegiatan Serikat Islam diskors. Pada kongres Serikat Islam pertama di Surabaya, Januari 1913, ditegaskan bahwa Serikat Islam bukan partai politik. Hal ini dimaksudkan untuk tidak melawan pemerintah Hindia Belanda. Pada kongres tersebut juga diputuskan bahwa Haji Umar Said Cokroaminoto, sebagai ketua SI dan Surabaya sebagai pusat kegiatan SI.
Pada tahun 1915 di Surabaya didirikan Central Serikat Islam (CSI) dengan tugas mengatur kerjasama antar SI daerah. Sementara itu ISDV (Indische Social Democratische Vereniging) yang berhaluan komunis yang didirikan oleh H.J.F.M. Sneevliet meakukan penyusupan (infiltrasi) ke dalam tubuh SI. ISDV berhasil mempengaruhi tokoh-tokoh muda SI, seperti : Semaun, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirjo melalui SI cabang Semarang. Dalam perkembangannya terjadi pertentangan antara kelompok SI Putih dan SI Merah yang berhaluan komunis. Oleh karena itu pada konggres SI, Oktober 1921 diputuskan diberlakukannya disiplin partai. Pada tahun 1924, SI Merah berganti nama menjadi “Sarekat Rakyat”.



Indische Partij
Indische Partij didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh tiga serangkai, yaitu :
1.      E.F.E. Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi.
2.      Suwardi Suryaningrat
3.      dr. Cipto Mangunkusumo
Tujuan didirikannya Indische Partij ini adalah untuk mempersatukan semua Indiers sebagai persiapan menuju kehidupan bangsa yang merdeka. Yang dimaksud dengan Indiers adalah semua orang yang lahir di Indonesia dan mengaku bertanah air Indonesia, baik orang Indo-Belanda, Cina, Arab maupun pribumi asli. Cita-cita Indische Partij ini disebarluaskan melalui surat kabar “De Express”.
Karena sikap dan programnya yang tegas dan bercita-cita “Hindia Merdeka” untuk pertamakalinya, maka surat permohonan untuk mendapatkan pengakuan sebagai badan hukum ditolak pemerintah Hindia Belanda. Sikap kritis Indische Partij ini juga tampak dalam artikel yang ditulis oleh Ki Hajar Dewantara dalam surat kabar De Express yang berjudul Als ik en Nederlanders Was (Seandainya Aku Seorang Belanda). Artikel tersebut berisi sindiran terhadap pemerintah Hidia Belanda yang mengajak bangsa Indonesia untuk memperingati hari kemerdekaan Belanda yang ke-seratus.
Karena kegiatan-kegiatan IP dianggap merugikan pemerintah, maka pada bulan Agustus 1913, pemerintah Belanda menangkap ketiga pemimpin IP tersebut diatas. Merka kemudian mendapatkan hukuman buang. Mereka sendiri memilih Belanda sebagai tempat pembuangannya. Dengan dibuangnya ketiga tokoh IP tersebut, maka kegiatan IP semakin menurun. Oleh karena itulah IP kemudian berganti nama menjadi partai Insulinde. Pada tahun 1919, Insulinde berganti nama lagi menjadi Nasional Indische Partij (NIP).
Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia didirikan pada tahun 1908 di Den Haag, Belanda. Pada mulanya bernama Indische Veereniging (IV). Pendirinya adalah orang-orang Indonesia yang berada di Belanda, antara lain Sultan Kasayangan dan R.M. Noto Suroto. Pada mulanya organisasi ini hanya berupa organisasi sosial untuk mengurus kepentingan bersama orang-orang Indonesia di perantauan. Unsur-unsur politik mulai tampak dengan diterbitkannya majalah Hindia Putra pada bulan Maret 1916. Organisasi ini semakin berkembang dengan kedatangan tokoh-tokoh tiga serangkai pendiri Indische Partij yang sedang menjalani hukuman buang di negeri Belanda.

Setelah Perang Dunia I, semangat nasionalisme semakin kuat, pada tahun 1922 Indische Veereniging berganti nama menjadi Indonesische Veereniging. Pada tahun 1923 majalah Hindia Putra berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Pada tahun 1925 Indonesische Veereniging berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Aktifitas politik PI ini semakin meningkat sejak bergabungnya Ahmad Subarjo dan Mohammad Hatta ke dalam tubuh PI. Bahkan kemudian PI menegaskan bahwa tujuan PI adalah Indonesia Merdeka yang akan dicapai melalui aksi bersama dan serentak oleh masyarakat Indonesia.
Untuk mendapatkan dukungan internasional, maka PI ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi internasional menentang penjajahan, seperti :
a.       Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial
b.      Liga Demokrasi Internasional
c.       Kongres Wanita Internasional
d.      Mengadakan hubungan dengan Komunisme Internasional (Komintern).
Pada tahun 1920-an pengaruh PI di tanah air semakin luas. Beberapa organisasi lahir di tanah air karena mendapat pengaruh dari PI, seperti : PPPI, PNI, dan Jong Indonesia. Pada tahun 1927 diadakan penggeledahan terhadap pemimpin-pemimpin PI. Empat tokoh PI, yaitu : Moh. Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, Ali Sastroamijoyo, dan Abdul Majid Joyoadiningrat ditangkap pemerintah kolonial Hindia Belanda. Mereka dituduh akan melakukan pemberontakan dan pemerintah kolonial menduga ada hubungan antara pemberontakan PKI, 1926 dengan PI.
Partai Nasional Indonesia   
Partai Nasional Indonesia berdiri pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung. Banyak anggota PNI adalah mantan anggota Perhimpunan Indonesia yang kembali ke tanah air. Ir. Sukarno terpilih sebagai ketua PNI. Sedangkan tujuan PNI adalah “Indonesia Merdeka”. Tujuan tersebut akan dicapai dengan azas “percaya pada diri sendiri”, artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi dan sosial budaya yang rusak karena penjajahan dengan kekuatan sendiri. Idiologi PNI adalah Marhaenisme yang dicetuskan oleh Ir. Sukarno dengan tujuan untuk menggalang persatuan dari aliran-aliran politik yang ada di Indonesia, yaitu : Nasionalis, Islam dan Marxis.
Pemimpin-pemimpin PNI seperti : Mr. Sartono, Mr. Suyudi, Mr. Iskaq Cokrohadisuryo, dr. Syamsi, Mr. Budyarto, Mr. Ali Sastroamijoyo dan khususnya Ir. Sukarno berhasil menggerakkan rakyat Indonesia sehingga pengaruh PNI semakin luas. Dengan aksi persatuannya, PNI berhasil membentuk Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada tanggal 18 Desember 1927 di Bandung. PPPKI beranggotakan PNI, SI, Budi Utomo, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, Indonesische Studie Club dan Algemene Studie Club.
Adanya isu bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan, dijadikan alasan oleh pemerintah kolonial untuk mengadakan penggeledahan dan penangkapan. Sehingga pada bulan Desember 1929, empat tokoh PNI ditangkap. Mereka adalah Ir. Sukarno, R. Gatot Mangkupraja, Maskun Sumadireja dan Supriadinata. Dalam pengadilan mereka di Sukamiskin, Bandung, Ir. Sukarno membacakan pidato pembelaannya berjudul “Indonesia Menggugat”. Tokoh-tokoh PNI tersebut akhirnya dijatuhi hukuman penjara.
Muhammadiyah
            Organisasi ini didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tanggal 18 Nopember 1912 dengan tujuan :
– 1. Memajukan pengajaran dan pendidikan berdasarkan agama Islam,
– 2. Mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup menurut peraturan
agama Islam yang diselaraskan dengan kehidupan modern.
Untuk mencapai tujuan itu maka dilakukan melalui cara :
- 1. Mendirikan, memelihara, dan membantu pendirian sekolah berdasarkan agama Islam,
- 2. Mendirikan dan memelihara masjid, langgar, poliklinik, dan rumah yatim dan kegiatan social
- 3. Menyebarluaskan ketentuan-ketentuan dalam agama Islam.
Dengan melihat kegiatannya, maka tampaklah bahwa Muhammaditah bukan organisasi politik. Hal inilah yang mempengaruhi perkembangan Muhammadiyah, meskipun pada awal-awal tahun perkembangannya kaum nasional kurang tertarik dengan Muhammadiyah karena tidak mau terjun ke dunia politik dan mau menerima bantuan dari Belanda.
PKI
            Paham sosialis komunis yang ada di Indonesia dibawa oleh Sneevlit, Branstheder dan Drekker, yang diwujudkan dengan membentuk ISDV (Indische Social Demokratische Vereniging) pada 9 Mei 1914. Tujuannya adalah menyebarluaskan paham sosial demokratis dengan usaha yang dilakukan adalah berusaha mendekati rakyat dengan cara menjalin hubungan dengan SI dan IP, dan ternyata kurang berhasil karena perbedaan paham. Maka ditempuhlah strategi yang lain yaitu menarik simpati golongan nasionalis, dengan cara mengubah nama menjadi Perserikatan Komunis yang diketuai Semaun.
Langkah selanjutnya adalah bekerjasama dengan orang-orang Belanda yang sehaluan, bahkan menjalin hubungan dengan paham komunis di luar negeri. Inilah yang membuktikan bahwa PKI merupakan organisasi/partai massa yang sifatnya internasional.
            Berhubung strategi yang digunakan kurang berhasil menarik simpati rakyat Indonesia, maka PKI kemudian mencoba mengadakan infiltrasi ke organisasi yang ada, seperti ke SI maupun ke golongan buruh yang ekonominya lemah. Perjuangan kelas (perbaikan nasib) merupakan salah satu taktik PKI, dengan cara mengadakan pemogokan-pemogokan di perusahaan. Puncak kegiatan PKI adalah Pemberontakan November 1926 di Jakarta, terus di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, bahkan di Sumatera 1927.


GERAKAN PEMUDA
            Organisasi pemuda yang pertama kali didirikan adalah Tri Koro Dharmo pada 7 Maret 1915 di Jakarta oleh Satiman Wiryo Sanjoyo, Kadarman dan Sunardi.
Tri Koro Dharmo mengandung maksud “Tiga Tujuan Mulia” yaitu sakti, budhi, dan bhakti.
Sedangkan asasnya adalah :
o   Menimbulkan pertalian antara murid-murid Bumi Putera pada sekolah menengah, kursus perguruan, sekolah guru, sekolah kejuruan.
o   Menambah pengetahuan umum bagi anggotanya
o   Membangkitkan dan mempertajam perasaan buat segala bahasa dan budaya Indonesia, khususnya Jawa.
            Karena sifatnya Jawa sentris dan agar tidak menimbulkan perpecahan, maka namanya diubah menjadi Jong Java. Organisasi ini pada awalnya bukan organisasi politik, tetapi dengan masuknya H. Agus Salim dari SI, maka Jong Java mencoba berubah haluan ke politik dengan cara mendirikan Jong Islamiten Bond 1924.
            Pada kongres 1928 Jong Java menyetujui diadakannya fusi (penggabungan) dengan organisasi pemuda lainnya yang diberi nama Indonesia Muda.
Selain Jong Java maka bermuncullah organisasi pemuda yang lain misalnya : Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Indonesia (Pemuda Indonesia).
Puncak perjuangan pemuda yaitu dengan menyelenggarakan Kongres Pemuda I dan II yang menghasilkan ikrar Sumpah Pemuda.
TAMAN SISWA
              Politik Etis, khususnya bidang pendidikan, ternyata tidak memberi peluang bagi hubungan jiwa yang bebas terutama kesempatan untuk bereaksi secara kreatif. Dengan adanya hal yang demikian, maka timbullah keinginan untuk melaksanakan pendidikan sendiri, yang sesuai dengan cita-cita bangsa dijiwai oleh Ki Hajar Dewantoro di Yogyakarta 3 Juli 1922 dengan tujuan : mewujudkan masyarakat yang “tata tentrem tertib damai” dengan asas Panca darma yaitu :
1. Dasar kodrat alam
2. Dasar kemerdekaan
3. Kebudayaan
4. Dasar kebangsaan dan kerakyatan
5. Kemanusiaan
         Sistem yang dipakai adalah “among” dengan pola belajar asah, asih, asuh. Sedangkan pola kepemimpinan adalah Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani.
Melalui Taman Siswa inilah, tercetaklah kader-kader nasionalis yang siap mencapai tujuan mulia bangsa.

No comments:

Post a Comment